Sedikit Tentang Lahan Tidur yang ada di Sekitar Desa Tungkaran

>> Wednesday 11 March 2009

Sebelum mencapai lokasi yang dimaksud, saya melihat banyak sekali areal kolam ikan.
Pembuatan kolam besar-besaran di sepanjang saluran irigasi di Desa Tungkaran, Martapura, Kabupaten Banjar berdampak pada areal lahan pertanian. Sejak tiga tahun terakhir, para pemilik lahan persawahan di Desa Tungkaran dan sekitarnya seperti Sungai Sipai, Pesayangan dan Kampung Keramat tak bisa bertani. R
atusan hektare lahan pertanian pun menganggur. (Anonim1, 2008).


Aliran air irigasi yang seharusnya dipergunakan untuk lahan pertanian justru masuk dulu ke kolam-kolam ikan. Sisa limbah kolam ikan itu dibuang dan masuk ke areal persawahan warga, yang berada di belakang atau di sekitar areal kolam ikan. Bahkan air sisa kolam itu jumlahnya melimpah sehingga sepanjang tahun lahan pertanian di sana tak bisa ditanami. (Anonim1, 2008).


Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar terletak pada koordinat S 3 37` 22.8`` dan E 114 42` 09.2`` ternyata memiliki banyak sekali Lahan Rawa, sejauh mata memandang terlihat hamparan padang hijau yang tak lain adalah hamparan eceng gondok, selain eceng gondok tanaman lain yang juga tumbuh adalah seperti purun tikus, kelakai, dan lai sebagainya yang tidak diketahui namanya.

Lahan rawa sendiri memiliki beberapa pengertian yang coba dijelaskan oleh beberapa ahli, seperti:

Menurut Widjaya Adhi (1992) dan Subagyo (1997) dan Menurut PP No. 27 Tahun 1991 sebagai berikut:

  1. Lahan rawa adalah lahan yang menempati posisi peralihan di antara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (waterlogged) atau tergenang. Menurut Widjaya Adhi (1992) dan Subagyo (1997)
  2. Menurut PP No. 27 Tahun 1991 yang dinamakan lahan rawa adalah genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat dan mempunyai cici-ciri khusus baik fisik, kimiawi maupun biologis. Penjelasan lebih lanjut dalam Kep.Men PU No 64 /PRT/1993 menerangkan bahwa lahan rawa dibedakan menjadi : (a) rawa pasang surut / rawa pantai dan (b) rawa non pasang surut / rawa pedalaman (Anonim5. 2006).

Di bawah ini 3 tingkatan vegetasi yang bersifat dominan di lahan rawa Desa Tungkaran, yaitu:


1. Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya (Anonim2, 2009).

Eceng gondok ini dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan yang dapat menghasilkan rupiah, misalnya seperti tas tangan, topi, maupun kursi seperti di kota maju pada umumnya, tetapi kurangnya tenaga ahli menjadi faktor penentunya.



2. Purun tikus atau nama ilmiahnya Eleocharis dulcis yang kalau dalam ilmu taksonomi digolongkan cyperaceae merupakan tumbuhan khas lahan rawa. Tanaman air ini banyak ditemui pada tanah sulfat masam dengan tipe tanah lempung atau humus. Biasanya kita dapat menjumpainya pada daerah terbuka atau tanah bekas kebakaran. Batang tegak, tidak bercabang, warna abu-abu hingga hijau mengkilat dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Sedangkan daun mengecil sampai ke bagian basal, pelepah tipis seperti membran, ujungnya asimetris, berwarna cokelat kemerahan (Anonim4, 2009). Tanaman purun tikus ini dapat dikatakan bersifat spesifik lahan sulfat masam, karena sifatnya yang tahan terhadap kemasaman tinggi (pH 2,5-3,5). Oleh sebab hal tersebut, tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah sulfat masam (Noor, 2004) (Anonim4, 2009).

3. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa Kalakai dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kalakai mengandung zat bioaktif yang bersifat seperti anti oksidan seperti vitamin C, vitamin A, dan flavonoid. Zat bioaktif tersebut bekerja secara sinergis dengan makanisme antara lain dengan mengikat ion logam, radikal hidroksin dan oksigen singlet sebagai penghambat penuaan. (nur/dari berbagai sumber) (Anonim3, 2009).


Kemungkinan Vegetasi Tumbuhan lain yang tumbuh selain ketiga tumbuhan di atas adalah: rumput bulu babi (Eleocharis retroflata), perupuk (Phragmites karka), rumput bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta (Leersia hexandra) dan kumpai bura-bura (Panicum refens).

Dari pengamatan yang dilakukan ternyata lahan rawa di Desa Tungkaran juga dijadikan warga sebagai tempat untuk membuang sampah, apakah harus seperti itu? Ini yang harus dipermasalahkan???

Selain banyaknya vegetasi tumbuhan yang hidup di habitat lahan rawa, hewan pun dapat hidup di dalamnya seperti ikan


DAFTAR PUSTAKA :


Anonim1. 2008. Sawah teraliri sisa buangan kolam

http://klipinglainnya.blogspot.com/2008/06/kelembaban-udara-menurun.html

Diakses Tanggal 10 Maret 2009


Anonim2. 2009. Eceng Gondok

http://id.wikipedia.org/wiki/eceng_gondok

Diakses Tanggal 10 Maret 2009


Anonim3. 2009. Tumbuhan Kalakai

http://www.radarsampit.com/tumbuhan_kalakai

Diakses Tanggal 10 Maret 2009


Anonim4. 2009. Peluang dan Harapan dari Purun Tikus

http://anangfmipaview.wordpress.com/purun-tikus

Diakses Tanggal 10 Maret 2009

Anonim5. 2006. Lahan Basah

http://www.delineationsplus.com/articles.cfm?id=5 (12/Jan/ 2006).

Diakses Tanggal 10 Maret 2009


Asikin, Syaiful. 2008. Keanekaragaman Serangga Musuh Alami di Lahan Rawa

http://syaifulasikin.blogspot.com/2008/03/makalah-keanekaragaman-mush-alami.html

Diakses Tanggal 10 Maret 2009






Read more...

About this Blog

Seguidores

    © Inspirasi Qudsi. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP