Potensi dan Daya Dukung Alam yang Dimiliki Tabanio Sebagai Salah Satu Ekosistem Pesisir Rawa Pesisir di Kalimantan Selatan

>> Monday 22 June 2009

Nama : Hasnawiyah Qudsi

NIM : J1C106022

Mata Kuliah : Pengetahuan Lingkungan Lahan Basah

Dosen Mata Kuliah : Drs. Krisdianto, M.Sc


Potensi dan Daya Dukung Alam yang dimiliki Tabanio Sebagai Salah Satu Ekosistem Pesisir Rawa Pesisir di Kalimantan Selatan


Desa Tabanio merupakan suatu desa di Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Tabanio merupakan sebuah wilayah yang merupakan batas antara ekosistem darat dan lautan. Tabanio merupakan kawasan yang memiliki pantai, hutan mangrove dan persawahan pasang surut yang merupakan rona alam yang membentang dari garis pantai menuju daratan.

Sekilas Tabanio hanyalah sekadar desa yang dihuni nelayan tradisional. Namun sejarah mencatat, desa ini sempat menjadi bandar besar di masa kemelut politik Kesultanan Banjar pada tahun 1753-1785. Bahkan, R Ringholm, seorang Residen Belanda di Banjarmasin pada tahun 1757, mengatakan bandar ini sebagai sarang penyeludupan terbesar di Kalimantan. Lokasinya memang strategis karena menjadi kunci masuk menuju Banjarmasin dan sejumlah daerah di Kalimantan Selatan. Kala itu desa ini juga disebut kawasan berdarah. Banyak nyawa tumpah di desa ini dalam perang perebutan takhta Kesultanan Banjar, hingga akhirnya Tabanio jatuh setelah campur tangan kapal-kapal VOC dari Batavia.

Sebagai kawasan pantai, Tabanio memiliki keadaan yang hampir sama dengan kawasan lainnya di kalimantan selatan seperti pantai Takisung, Batakan, maupun Pagatan Kecil, karena mereka memang terletak di satu garis pantai. Memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, kondisi sekitar pantai kotor karena kurangnya pelestarian di kawasan tersebut. Mungkin hal inilah yang menyebabkan kenapa jarangnya orang berkunjung ke kawasan tersebut.



Gambar 1. Daerah Pesisir Pantai Tabanio


Vegetasi daerah pantai Tabanio, selain ditumbuhi oleh tumbuhan khas pantai seperti pohon kelapa, sedikit menjorok ke dalam maka akan ditemukan kumpulan komunitas tumbuhan yang biasa ada di kawasan Rawa, baik itu dari jenis pohon, perdu maupun rumput-rumputan. Adapun vegetasi yang mendominasi seperti tumbuhan kirinyu, karamunting, pandan-pandanan, crotalaria, terong-terongan, tapak liman, dan masih banyak lagi, dan umumnya di dominasi oleh tumbuhan dari jenis rumput-rumputan.

Di kawasan Tabanio sebelum terjadinya abrasi di sepanjang pantai yang menyebabkan setiap 1 tahun sekali kemungkinan berkurangnya sekitar 5 meter (berdasarkan narasumber), terjadi pengurangan vegetasi seperti pohon kelapa, menurut nara sumber juga, kawasan pantai Tabanio sekarang jika dibandingkan dengan kawasan pantai Tabanio dulu, maka kawasan yang lebih bagus adalah keadaan pantai yang dulu, dimana masih banyak terdapat pohon yang tumbuh seperti pohon kelapa, mangga, dan lain sebagainya.

Agar suatu kawasan pantai terjaga keasriannya maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung potensi sumber daya alam, seperti : pembuatan siring untuk mengurangi daya hantar ombak, penanaman tumbuhan yang dapat menahan daya serap air seperti tumbuhan bakau, selain itu perlu juga diadakan seminar terhadap masyarakat untuk menyadarkan mereka betapa pentingnya kawasan yang mereka diami tersebut.

Daerah pantai Tabanio sama halnya dengan kawasan pantai lainnya seperti halnya pantai Takisung dan Batakan merupakan daerah pantai yang siklus hidrologinya menggunakan proses evaporasi, penguapan langsung terjadi di daerah tersebut, kemudian air yang menguap tadi jatuh sebagai presipitasi dalam berbentuk hujan. Air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman, dan sebagainya mengalami penguapan menjadi uap gas akibat panas matahari. Kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air selanjutnya akan turun (presipitasi) dalam bentuk hujan. Hujan yang turun dipermukaan daratan, kemudian airnya ada yang akan terserap kedalam tanah, menggenangi rawa atau danau dan mengaliri melalui sungai-sungai menuju laut kembali.

Di kawasan Tabanio yang merupakan daerah pantai, disana terdapat adanya sumber salinitas karena salinitas merupakan larutan garam yang terkandung dalam air/fluida yang dapat mempengaruhi kualitas air. Air dengan larutan garam yang tinggi akan tidak baik untuk sistem irigasi ataupun kebutuhan air bersih masyarakat. Namun, untuk sejumlah garam didalam air ada angka-angka yang masih dapat dijalan untuk berbagai macam keperluan. Persoalan salinitasi itu akan timbul jika jumlah garam yang ada melebihi dari yang diijinkan tanpa ada usaha untuk mencegah akumulasi garam tersebut. Efek salinitas berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tanaman dan tanah. Penurunan kualitas dan potabilitas air yang berdampak pada kesehatan dan aktifitas manusia. Adapun masyarakat yang mempunyai resiko lebih besar adalah masyarakat yang bermukim di daerah pantai, seperti halnya penduduk di kawasan Tabanio.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terhadap parameter abiotik dan biotik yang dilakukan di dua kawasan di daerah pesisir pantai dan daerah dataran pantai Tabanio diperoleh hasil bahwa untuk daerah pesisir pantai, untuk parameter abiotik, pH air 5,2 dan pH tanah 8, ini menandakan di kawasan tersebut memiliki kondisi air yang bersifat masam dengan kondisi tanah basa. Ini dimungkinkan karena pengaruh salinitas yang tinggi dari perairan di Tabanio, ini juga terlihat dari kekeruhan yang mencapai angka 12,5, menyebabkan pantai tersebut memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi.

Selain dari pengukuran yang dilakukan kita juga dapat melihat sekilas, bahwa dikawasan tersebut memang keruh ditambah dengan adanya sampah yang berserakan. Selain itu hal ini juga dapat dijadikan penanda apakah kawasan pantai tersebut tercemar atau tidak.

Faktor abiotik yang lain yaitu, kelembaban, dimana dari hasil pengamatan didapatkan kelembaban di kawasan pantai Tabanio sebesar 100%, ini menandakan bahwa di kawasan tersebut memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Untuk pengamatan suhu di kawasan pantai Tabanio memiliki suhu yang berkisar dari 25-29 0C.

Sedangkan di daerah dataran pantai Tabanio dipeoleh hasil dari pengamatan dengan parameter abiotik yaitu pH tanah yang mancapai 6,1 hal membuktikan bahwa kondisi tanah di daerah dataran Tabanio bersifat asam. Faktor biotik di daerah dataran Tabanio yaitu, kelembaban 59% dan suhu yang mencapai 26-270C.

Karena sebagian besar masyarakat di kawasan Tabanio bermata pencaharian sebagai nelayan, maka para nelayan akan sangat bergantung terhadap laut. Banyak nelayan menghabiskan waktu di laut bahkan sampai berhari-hari. Para nelayan juga bergantung terhadap ombak pasang surut, jika laut sedang pasang maka para nelayan tidak dapat melaut, dan ini berakibat para nelayan menggangur, untuk itu mereka memerlukan mata pencaharian lain, dan untuk itu mereka memerlukan inisiatif lain, dan kita dapat menjadi salh satu motivatornya.


REFERENSI :

Tim Asisten Praktikum. 2009. Panduan Praktikum Pengetahuan Lingkungan Lahan Basah (PLLB). Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Hidayat, Fikria. 2009. Sisa Kejayaan Bandar Tabanio

http://fikria.multiply.com/journal

Diakses Tanggal 16 Juni 2009




0 comments:

About this Blog

Seguidores

    © Inspirasi Qudsi. Friends Forever Template by Emporium Digital 2009

Back to TOP